Selasa, 25 Oktober 2011

LING DAN KECAPI AJAIB

                                                               Oleh: Naomi

Ling adalah seorang gadis kecil miskin yang tinggal di sebuah desa di Cina.  Ia tinggal bersama ayahnya, seorang penebang kayu.  Ibunya sudah meninggal ketika Ling masih kecil.
Ling masih ingat ketika ibunya masih ada, sebelum tidur ia  selalu memainkan kecapi di samping tempat tidur Ling sambil bernyanyi.  Denting kecapi dan suara merdu ibunya masih sering terngiang di telinga Ling sampai saat ini.  Kecapi itu kini tersimpan di lemari tua.  Itu adalah satu-satunya harta berharga di rumah Ling dan ayahnya tidak mau menjualnya.
Suatu malam Ling tidak bisa tidur, ia seperti mendengar suara yang menyuruhnya mengambil dan memainkan kecapi ibunya.  Mula-mula Ling tidak menghiraukan, tapi suara-suara itu terdengar semakin keras di telinga Ling.  Ling bangun, perlahan ia berjalan menuju lemari tua dan membuka pintunya.  Kecapi itu tergeletak di sana.  Berdebu dan tidak terurus. Ling mengambilnya dengan hati-hati.  Ia membersihkan badan kecapi yang terbuat dari kayu. Di samping badan kecapi terdapat ukiran bunga Mei Hua yang cantik.
“Kecapi yang indah” pikir Ling,”sayang aku tidak bisa memainkannya.”  Ling mencoba memetik senar-senarnya tetapi suara yang keluar terdengar sumbang.
“Mungkin besok pagi aku bisa membetulkan senar kecapi ini” kata Ling sambil membawa kecapi itu ke kamarnya dan kembali tidur.
Sejak itu  Ling mencoba untuk memainkan kecapi tersebut. Tanpa ia sadari ia dapat mengetahui nada-nada pada senar itu secara tepat dan membetulkan senar yang sumbang.
Di suatu sore, Ling membawa kecapinya ke tepi sungai.  Ia duduk bersila, menaruh kecapi di pangkuan dan mulai memetik senar-senarnya.  Ling mencoba mengingat kembali lagu-lagu yang dimainkan ibunya dulu.  Seperti ada kekuatan aneh, tiba-tiba Ling dapat memainkan kecapi itu dengan baik.  Ling hanyut dalam permainannya sendiri.  Ia terus memetik senar-senar kecapi tanpa lelah sampai tiba-tiba bunga mei hua yang terukir di kecapinya keluar dan menjelma menjadi bunga-bunga mei hua asli. 


Kelopak-kelopak merah muda berterbangan di sekeliling Ling.  Ling terus bermain dan bunga-bunga menari mengikuti denting kecapinya.  Samar-samar dari arah sungai ia melihat suatu sosok yang amat dikenalnya.
“Ibu? Engkaukah itu ibu?” seru Ling sambil menggosok-gosokkan matanya tak percaya.
“Teruslah bermain anakku. Ibu akan selalu datang di saat kau bermain kecapi.  Jangan sedih anakku,” hibur ibunya.
Sejak itu Ling semakin rajin bermain kecapi. Ia juga dapat membuat lagu-lagu indah lewat kecapinya.  Ling sangat senang karena selama ia bermain kecapi ia dapat melihat ibu di dekatnya.
Ling menjadi terkenal di desanya, bahkan sampai ke kota-kota.  Orang-orang datang untuk mendengar permainan Ling. Sebagai rasa terimakasih kadang mereka memberi Ling makanan atau uang sekadarnya. Ling senang ia dapat membantu ayahnya mencari nafkah.
Sementara itu di istana kekaisaran, Kaisar sedih karena putera mahkota sedang sakit. Tabib-tabib dari pelosok negeri sudah didatangkan tapi tak ada satupun yang dapat menyembuhkannya.  Putera mahkota tetap terbaring dan tidak dapat bangun dari tempat tidurnya.
Pada suatu hari datanglah seorang peramal menghadap Kaisar.  Menurutnya hanya dengan permainan musik yang paling indah putera mahkota dapat disembuhkan.   Mendengar itu Kaisar langsung menyuruh kepala pemain musik istana, Tuan Lu, untuk bermain musik untuk putera mahkota.  Namun permainan Tuan Lu tidak dapat membangunkannya.  Kaisar lalu menyuruh Tuan Lu untuk mencari pemain-pemain musik terbaik di seluruh negeri.  Walaupun enggan, Tuan Lu melaksanakan perintah Kaisar.
Tuan Lu  berkeliling negeri mendengarkan permainan tambur, biola dan suling cina tapi tidak ada yang memuaskannya.  Sampai akhirnya Tuan Lu mendengar kehebatan Ling.  Ia datang ke desa dan mendengarkan permainan kecapi Ling.
“Menakjubkan,” kata Tuan Lu dalam hati,” pasti inilah pemain musik yang dicari”.  Tapi ia berpikir, jika ia mendatangkan Ling ke istana maka kedudukannya sebagai pemain musik istana akan terancam, ia tidak akan dipekerjakan lagi di istana. Tapi jika ia tidak membawa Ling, mungkin lama kelamaan kehebatan Ling akan terdengar juga oleh Kaisar dan ia akan dipersalahkan.
“Hhmmm aku punya akal!” kata Tuan Lu dalam hati,” jika ini berhasil, aku tidak akan dipersalahkan Kaisar dan aku tetap menjadi pemain musik kesayangannya”

------------------------

Beberapa hari kemudian Ling bingung memikirkan kecapinya. Kecapinya hilang! Ia mencari di seluruh tempat di rumahnya namun sia-sia.  Ling duduk tertunduk di depan rumahnya.
“ Kasihan ayah, aku tidak dapat lagi membantunya bekerja,” gumam Ling, matanya menerawang menatap jalan depan rumah.  Tiba-tiba Ling melihat sesuatu yang berkilat-kilat dekat pagar rumahnya.
“Apa itu?” Ling berjalan mendekati benda itu. “Sebuah gelang emas!” seru Ling, ia mengamat-amati gelang indah itu, ada tanda kerajaan terukir di permukaan gelang.
“Bagaimana gelang ini bisa berada di sini? Aku harus memberitahu ayah,” Ling berlari ke dalam rumah menemui ayahnya.  Mereka memutuskan untuk mengembalikan gelang itu ke kerajaan.  Bersama ayahnya, Ling pergi menuju istana.
Di istana Ling menceritakan bahwa ia menemukan gelang bertanda kerajaan di rumahnya ketika ia sedang mencari kecapinya yang hilang.
“Saya ingin mengembalikan gelang ini tuanku Kaisar, karena ini bukan milik saya dan saya tidak ingin dituduh mencuri”, kata Ling
Kaisar  menerima gelang itu dan mengamatinya.
“Ya, ini adalah gelang kerajaan yang diberikan untuk pegawai-pegawai istana.  Tadi kamu bilang bahwa kamu sedang mencari kecapimu yang hilang.  Apakah kamu seorang pemain musik?”
“Saya hanyalah pemain kecapi di desa, tuanku”,jawab Ling
Kaisar segera mengerti apa yang terjadi.  Ia memanggil Tuan Lu dan menunjukkan gelang itu.  Tuan Lu ketakutan dan mengaku bahwa ia yang mencuri kecapi Ling.  Kaisar menyuruhnya mengembalikan kecapi itu dan meminta Ling untuk bermain di hadapannya.
Permainan Ling begitu indahnya sehingga Kaisar menyuruhnya bermain di samping tempat tidur putera mahkota.  Ukiran bunga mei hua di kecapi Ling menjelma menjadi bunga-bunga  yang berterbangan di sekeliling putera mahkota.  Alunan denting kecapi Ling membangunkan putera mahkota dari sakitnya.
Ling diangkat menjadi pemain musik istana menggantikan Tuan Lu.  Ia dan ayahnya kini tinggal di istana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar