Kehilangan Sahabat
Namaku Baron. Aku bersahabat dengan “Si Tukang
Sihir”. Itu julukan buatnya, karena dia suka pakai topi panjang, jas ibunya
yang besar, kemana-mana selalu dibuntuti oleh kucing, dan selalu membawa sapu
lidi. Katanya, tujuannya bukanlah untuk menjadi tukang sihir melainkan menjadi
terkenal. Yup, dan sekarang dia terkenal dengan julukan “Si Tukang Sihir”.
Walaupun begitu, dia sama sekali TIDAK PERNAH diejek. Hanya dijuluki tukang
sihir. Dia bekerja di sebuah mal, sebagai tukang bersih-bersih dengan sapu lidinya.
Di mal, kucing tidak diperkenankan untuk masuk. Jadi, dia titip kucing tersebut
pada tetangganya.
Aku sering memberinya makanan atau
barang-barang. Aku tahu hidupnya sederhana. Rumahku tak jauh darinya. Minggu lalu aku memberinya selusin
majalah bekas. Tiga hari yang lalu aku memberinya peralatan sekolah. Dan
kemarin, aku memberinya kue keju (cheesecake) yang diberi oleh temanku
yang sedang berulangtahun. Aku memang orang yang tergolong orang kaya,
apapun akan kuberikan padanya.
Ada satu hal yang belum kuberitahu padamu. Nama
sahabatku adalah LISA. Alisa Tiara Azzahrah lengkapnya. Kita bersahabat sekitar
4 tahun yang lalu. Saat kita masih berumur 7 tahun. Umur kita memang sama. Aku
sering berkunjung ke rumah atau tempat dia bekerja. Pertama, untuk mengajarinya
pelajaran-pelajaran sekolah (dia tidak sekolah karena tidak mempunyai biaya). Kedua, untuk berbagi sesama. Ketiga, sekadar silaturahmi. Tapi
sekarang, aku tidak terlalu sering berkunjung karena sibuk latihan Ujian Nasional.
Tapi, aku selalu berusaha untuk datang ke tempatnya. Kalau tidak di rumah, di mal
tempat dia bekerja.
Hari ini, aku ingin
memberinya cokelat Tobleron. Aku tahu Lisa jam segini pasti bekerja. Jam 10
pagi. Saat aku tiba di mal, aku melihat ada orang sedang menyapu. Tentunya
tidak menggunakan sapu lidi. Aku bingung. Mengapa pekerjaan Lisa diganti oleh
orang itu? Apakah Lisa dipecat? Kebetulan, ada satpam lewat dan aku segera
bertanya padanya. Aku mendapat jawaban yang mengejutkan. Aku menangis. Memang
tidak cocok orang sepertiku, laki-laki berbadan gendut, menangis. Tapi ini
memang mengejutkan. Lisa meninggalkanku untuk selamanya. Menyedihkan sekali.
Sambil menangis, aku berlari menuju rumahnya. Berdoa berharap Lisa diterima
amalnya oleh Allah SWT. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar